Meunasah yang merupakan fasilitas umum untuk digunakan oleh seluruh aktifitas desa dalam kegiatan keagaaman oleh warga desa di seluruh daerah di Provinsi Aceh, hal hal yang dapat berkumpulnya warga dari anak anak hingga orang tua di desa baik laki laki dan perempuan, dimana beda halnya dengan sebuah Masjid yang mempunyai aturan bagi perempuan yang berkondisi dalam masa haid/nifas tidak bisa masuk ke dalam, sehingga pembatasan aturan bagi kaum muslim di daerah Provinsi Aceh memilih sebuah tempat/gedung pertemuan untuk kegiatan yang tepat adalah meunasah.
Meunasah yang telah di rampungkan dengan gedung pertemuannya itu masih belum terlihat indah jika tidak memiliki pagar, juga dapat sebagai batas tanah di tambah memperindah suatu bangunan, hal ini yang menjadi program dari desa wilayah binaan secara bertahap dan berkelanjutan untuk kemajuan fasilitas umum desa binaannya, ungkap Babinsa Sunarto kepada media ini.
Selanjutnya dengan mengisi waktunya di hari ini, ia luangkan tenaganya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan pagar meunasah di wilayah binaannya, dengan harapan atas kehadirannya dan komunikasi lewat sela sela kegiatan ia berikan dorongan dn semangat agar warga yang turut bekerja merasa terhibur dan mengurangi rasa lelahnya saat bekerja, imbuhnya.
Ucapan terimakasih dari warga juga turut di ucapkan atas keluangan waktunya menyempatkan mampir dan ikut serta sebagai motivasi adalah suatu kebanggaan yang besar bagi warganya karena sebagai aparat pembina desa mau bersentuhan dengan adukan semen dan pasir yang sudah tentu akan menguras tenaga dan mengotorkan pakaian dinasnya, singkat ucapan dari Sulaiman salah satu waga yang turut bekerja.
Menjadi harapan akhir Babinsa Sunarto semoga pagar lekas selesai sehingga meunasah di desa binannya terlihat indah dan terlepas dari gangguan kotoran ternak yang masuk ke lingkungan sekitar meunasah sehingga lingkungan meunasah selalu bersih dan udara sekitar meunasah tetap asri dan nyaman, pungkas Babinsa Sunarto.(Ihy)
