Menjelang Pemilihan Legislatif pada 2014 mendatang, masyarakat mayoritas Jawa yang menetap tinggal di Aceh mulai khawatirdengan aksi teror terhadap etnis Jawa seperti penembakan brutal di tahun 2012 lalu.
Hal itu banyak diakui oleh sejumlah warga yang mayoritas Jawa di Dusun Blok B Gampong Seurkey, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, Jum’at (08/02/2013).
Lagi pula, awal tahun 2012 lalu, Dusun Blok B menjadi tempat penembakan brutal oleh oknum bersenjata laras panjang, sehingga menewaskan satu orang dan satu luka.
“Ya jelas masih trauma dan takut, apalagi tahun 2014 nanti bakal ada pemilu lagi. Nah kita takut jika etnis Jawa kembali jadi korban penembakan brutal oknum bersenjata. Seperti yang terjadi pada awal tahun 2012 lalu. Kami tiba-tiba diserang dengan tembakan secara membabi buta. Padahal apa salah kami?,” sebut Paimin (60) warga setempat yang juga pemilik warung kopi di Dusun Blok B, ketika dimintai tanggapannya.
Warung kopi milik Paimin adalah satu-satunya saksi bisu penembakan brutal, sebagian isi warung miliknya itu porak-poranda diterjang timah panas.
“Awal 2012 lalu, tempat kejadian perkara penembakan brutal adalah di warung milik saya ini. Jika kami tidak tiarap dan melarikan diri pada waktu itu, mungkin kami sudah tewas semua. Toh sampai sekarang saya masih trauma, dan masih jelas terasa ketika peluru lewas diatas kepala dan telinga saya. Kami tak ingin kejadian seperti itu kembali terjadi,” pinta Paimin.
Tak hanya Paimin, hal senada juga diungkapkan oleh Murino (61), dan isteri-isteri korban penembakan brutal.
Menurut pernyataan orang Jawa itu, khusus di Dusun Blok B ada sekitar 95 persen warga mayoritas Jawa, selebihnya adalah orang Aceh.
Bahkan selama ini, kehidupan antara orang Jawa dan Aceh di dusun tersebut berjalan rukun dan damai.
“Di Dusun kita ini masih ada orang Aceh, dan kami hidup rukun disini serta kompak,” kata Murino.
Oleh karena itu, warga mayoritas Jawa di Aceh, khususnya Dusun Blok B, berharap agar jangan lagi menjadikan orang Jawa sebagai tumbal alias korban penembakan. [tgj]