BANDA ACEH | Samudra News - Siapa yang tidak mengenal Rafly Kande. Musisi etnik yang berasal dari sebuah kampung di kaki gunung ini (Gampong Subarang, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan) kian menggeliat popularitasnya lewat dunia musik etnik yang membawa pesan-pesan moral dan syiar-syiar Islam dengan kemasan yang sangat khas. Rafly lahir di Samadua, Aceh Selatan, tahun 1967, dari sebuah keluarga petani. Sejak kecil Rafly di didik untuk menjalankan tradisi nenek moyangnya tersebut. Ayahnya, Mohammad Isa, merupakan Syech (pemimpin) grup Meudikee yaitu melantunkan ayat-ayat Alquran.
Sungguh mengejutkan di suatu pagi yang cerah (03/01/2013), terlihat Rafly sedang asyik mengupas beberapa buah kelapa di halaman rumahnya di Montasik Aceh Besar. Rafly Pagi itu hanya memakai baju kaos dan kain sarung mencoba menawarkan kelapa muda kepada beberapa pemuda yang bertamu pagi itu. “Hampie tiap pagi kalau ado kesempatan, laguko lah”(hampir tiap hari, jika ada kesempatan beginilah), “ambo mangkubak dan mamakan karambia mudo, salain lamak juo ancak bana untuk kesehatan” (saya mengupas dan makan kelapa muda, selain enak, juga sangat baik untuk kesehatan) ungkap Rafly Kande dalam bahasa aneuk jamee yang merupakan bahasa tanah kelahirannya.
Tidak sebatas itu, belasan menit kemudian sang istri pun tiba dari pasar dengan membawa beberapa plastik barang belanjaan. Bergegas Rafly menyambut kepulangan istrinya, “alah pulang bunda” (sudah pulang bunda) sambut Rafly dengan sebilas senyum.
Di samping itu, tidak jarang Rafly hadir ke warung-warung kopi seperti Dekmie Kupi, Lingka Kupi, 3 In 1 Cafe dan beberapa tempat lainnya. Sambil menikmati segelas kopi Rafly mencoba berbagi pengalamannya dan menyampaikan pesan-pesan moral nya kepada anak-anak muda yang duduk mengelilingi musisi etnik tersebut.
Rafly yang ditemui di salah satu warung kopi di kawasan jantong hate rakyat Aceh, mengungkapkan bahwa saya ini hanya seorang anak kampung yang merantau dan mencoba berjuang melalui lagu-lagu etnik. Ketika ada waktu luang saya juga ikut menanam padi di sebilah sawah yang saya miliki, atau membantu bunda menjaga dan merawat anak-anak. Ini sudah kerjaan saya dari dulu. “Hana peu ta malee, cit nyan buet dari awai kon” (tidak usah kita malu, itu memang sudah kerjaan kita dari dulu), biasa saja semua hanya titipan Allah yang di titipkan kepada kita, kata Rafly penyanyi lagu “Yatim Lam Kandong” itu.
Belum lagi kehadiran Rafly di beberapa kampus seperti Universitas Serambi Mekah dan Universitas Muhammadiyah memberi suasana luar biasa bagi mahasiswa. Bagaimana tidak, sosok Rafly yang merupakan salah satu penyanyi popular Aceh hadir di tengah-tengah mereka. Saya ingin kunjungi kampus-kampus yang ada di Aceh untuk memyampaikan pesan-pesan moral kepada generasi muda Aceh, agar generasi ke depan bisa lebih baik dan punya semangat untuk membangun Aceh, tutur Rafly.
Demikian beberapa gambaran kehidupan Rafly Kande di sela-sela kesibukannya sebagai seorang musisi. Hal ini tentunya memberi nilai tersendiri yang dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Meski seorang artis atau musisi yang terkenal hingga ke manca negara, kesederhanaan dalam kehidupannya menarik untuk di teladani. [ab]