BIREUEN | Samudra News - Korupsi Familiar terdengar namun tak sepenuhnya dipahami lugas oleh masyarakat. Pemahaman tentang korupsi belum sepenuhnya dimengerti anak-anak.
Kondisi itu melatarbelakangi lahir dan berdirinya Sekolah Rakyat Anti Korupsi (SeRAK) Kabupaten Bireuen, Aceh, oleh Gabungan Solidaritas Anti Korupsi (GaSAK) Bireuen.
Berawal dari pertimbangan tentang sejauh ini belum ada kurikulum khusus untuk pembelajaran anti korupsi di sekolah formal, hanya tiga mata pelajaran pokok yang menjadi bahan ujian nasional.
"Karena ketidakpahaman mereka tentang korupsi ini, cendrung melahirkan generasi cerdas secara pengetahuan umum namun tidak jujur dalam pengimplementasiannya di lapangan," kata Mukhlis Munir, koordinator GaSAK, tadi malam.
Untuk itu, pihaknya membuka kesempatan lebar kepada siapa saja untuk menggali pengetahuan dan berdiskusi tentang apa itu korupsi melalui Sekolah Rakyat Anti Korupsi guna mencegah potensi korupsi yang sedemikian besar menggerogoti masyarakat.
"Kita ingin mengubah paradigma masyarakat tentang apa itu korupsi yang kian menggejala serta berperan aktif memberantas tindak pidana korupsi ini," ungkap Munir.
Kata dia, pemahaman korupsi ini jauh lebih baik ditanamkan sejak dini sebagai upaya pencegahan dan menanamkan semangat anti korupsi dalam jiwa masyarakat.
Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat Anti Korupsi (SeRAK), Mutia Dewi mengatakan, kurikulum sekolah dituntaskan dalam jangka waktu pembelajaran empat bulan. Satu bulan empat kali tatap muka atau 16 kali pertemuan selama empat bulan. [wo]